PENGUKURAN MORFOMETRI DAS
Penentuan
Bagian Hulu dan Hilir DAS/Sub DAS
Kelompok 4
1.
Riany Sulastri (E14110002)
2.
Amaliah (E14110021)
3.
Venza Rhoma S. (E14110024)
4.
Ima Miratunisa (E14110034)
5.
Saeful Nur Hayat (E14110062)
6.
Imam Syafi’I (E14110073)
Dosen
Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr
Asisten
1.
Endrawati, S.Hut
2.
Yunensih, S.Hut
3.
Khabibi Nurrofi P., S.Hut
4.
Kurnia Andayani, S.Hut
5.
Bayu Pradana (E14080059)
6.
Cecilya Budiaman (E14090021)
7.
Agung Kriswiyanto (E14090027)
8.
Mawardah Nur H. (E14100039)
9.
Wulandari M. (E14100047)
LABORATORIUM HIDROLOGI HUTAN DAN
PENGELOLAAN DAS
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan
daerah tangkapan air yang membentang luas dengan dibatasi oleh topografi alami.
Untuk menjaga daerah tangkapan air tersebut diperlukan suatu pengelolaan yang
lestari untuk menjaga sumber daya alam dan lingkungan di sekitar DAS.
Keberhasilan suatu pengelolaan DAS dapat dilihat dari informasi karakteristik
fisik DAS yang meliputi luas, bentuk, serta kondisi jaringan sungai. Secara
kuantitatif informasi karakteristik DAS tersebut diistilahkan sebagai
morfometri DAS. Morfometri DAS memiliki beberapa sifat antara lain : pola
aliran sungai, bentuk DAS, elevasi dan kemiringan DAS (Priyono dan
Savitri, 1997).
Pengukuran
morfometri DAS dapat dilakukan dengan menggunakan aplikasi Sistem Informasi
Geografi (SIG). Penggunaan SIG dapat mempermudah pengukuran karakteristik fisik
DAS, salah satu contohnya yaitu penentuan bagian hulu dan hilir DAS. Penentuan
bagian hulu dan hilir DAS sangat penting dalam kegiatan pengelolaan DAS karena
terdapat perbedaan pengelolaan pada bagian hulu dan bagian hilir sesuai fungsi
masing-masing bagian. Dengan informasi bagian hulu dan hilir DAS yang didapat
secara cepat dengan perangkat SIG, maka
keberhasilan suatu pengelolaan DAS dapat dimaksimalkan.
Tujuan
1. Melakukan
penentuan morfometri DAS yang menggambarkan karakteristik DAS menggunakan
perangkat lunak SIG
2. Menentukan
bagian hulu dan hilir DAS/Sub DAS
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik
Daerah Aliran Sungai (DAS) meliputi beberapa variabel yang dapat diperoleh
melalui pengukuran langsung, data sekunder, peta, dan dari data penginderaan
jauh (remote sensing). (Seyhan, 1977)
menyatakan bahwa karakteristik Daerah Aliran Sungai (DAS) dikelompokkan menjadi
dua kategori, yaitu : (1) faktor lahan yang meliputi topografi, tanah,
geomorfologi (2) faktor vegetasi dan penggunaan lahan. Morfometri DAS adalah istilah yang digunakan
untuk menyatakan keadaan jaringan alur sungai secara kuantitatif. Sifat yang
khas dari suatu DAS dapat dilihat dari morfometri DASnya. Morfometri DAS adalah
pengukuran bentuk dan pola DAS yang dapat dilihat dari suatu peta.
Gordon
(1992) menjelaskan bahwa parameter dalam morfometri DAS saling berhubungan satu
sama lain, sehingga seringkali salah satu parameter dapat dijadikan sampel
parameter lainnya. Respon hidrologi dari suatu DAS terhadap masukan curah hujan
dijelaskan juga oleh Asdak (2002) yang menyatakan bahwa beberapa parameter
morfometri DAS seperti luas, kemiringan lereng, bentuk, kerapatan drainase
dapat berpengaruh terhadap besaran dan timing dari
hidrograf aliran yang dihasilkannya. Pengaruh luasan DAS terhadap bentuk
hidrograf aliran adalah pada waktu konsentrasi aliran air di daerah outlet
dimana semakin besar luas DAS maka semakin banyak curah hujan yang diterima
namun yang memiliki topografi relative datar akan menghasilkan run-off yang
lebih kecil dibandingkan DAS yang memiliki topografi miring.
Ekosistem DAS,
terutama DAS bagian hulu merupakan bagian yang penting karena mempunyai fungsi
perlindungan terhadap keseluruhan bagian DAS. Perlindungan ini, antara lain
dari segi fungsi tata air. Keterikatan antara hulu dan hilir menurut Asdak
(1995) dapat dipakai sebagai satuan monitoring dan evaluasi pengelolaan
sumberdaya air.
Daerah Aliran
Sungai biasanya
dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian hulu, bagian tengah dan bagian hilir
(Asdak 1995). Secara biogeofisik, Hartono (2008)
menjelaskan bahwa daerah hulu mempunyai ciri – ciri sebagai berikkut:
(1) Proses pendalaman lembah sepanjang aliran sungai
(2) Laju erosi lebih cepat daripada pengendapan
(3) Merupakan daerah konservasi
(4) Mempunyai kerapatan drainase yanng lebih tinggi
(5) Pengaturan pemakaian air ditentukan oleh pola drainase
(6) Lereng terjal (7) Pola penggerusan tubuh sungai berbentuk huruf “V”.
Bagian tengah DAS
merupakan daerah peralihan antara bagian hulu dengan bagian hilir dimana masih
terdapat sedikit proses erosi dan mulai terjadi pengendapan. Dicirikan dengan
daerah yang relatif datar.
Daerah hilir (zona
sedimentasi)dicirikan dengan (1) Adanya daerah deposisional
(2) Kerapatan drainase kecil (3) Merupakan daerah dari
kemiringan lereng landai (4) Potensi bahan galian golongan C (5) Pola
penggerusan tubuh sungai berbentuk huruf “U”
(6) Pengaturan air sebagian besar ditentukan oleh bangunan
irigasi.
BAB
III
METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Praktikum Pengelolaan Ekosistem Hutan dan Daerah Aliran
Sungai dilaksanakan pada hari kamis tanggal 6 Maret 2014 bertempat di Ruang Kuliah Auditorium 1
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan
Alat
yang digunakan adalah
laptop, alat tulis,
buku, sedangkan bahannya yaitu software ArcGIS
dan data praktikum.
Prosedur Kerja
Pada kegiatan praktikum kali ini merupakan praktikum yang dilaksanakan untuk membagi dan menghitung luas dari daerah hulu dan hilir sungai. Adapaun langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Input
data 'utmproject.shp' dari hasil praktikum minggu 3 ke ArcGIS
sehingga akan menghasilkan tampilan seperti berikut :
2. Kemudian buka ‘spatial statistics
tools’–‘measuring geograpic distribution’-‘central feature’ pada arc Toolbox.
Dan input data 'utmproject.shp'serta mengubah isian pada kolom DISTANCE METHOD
dengan‘manhattan distance’ sehingga akan muncul jendela baru seperti berikut :
lalu klik
OK
3. Setelah itu, uncheck layer
'utmproject.shp' sehingga akan muncul tampilan dengan gambar yang kecil seperti berikut
Dan setelah diperbesarakan menjadi seperti ini :
4. Selanjutnya membuat titik untuk memudahkan menarik garis untuk membagi das ke sub das hulu dan hilir dengan membuka ‘data
management tools’- ‘features’ – ‘features to point’lalu input feature
hasildari‘central feature’ seperti gambar dibawah ini : lalu klik OK dan akan muncul titik pada gambar seperti berikut :
5. Gunakan tools 'new rectangle’
Lalu bentuk kotak dengan memperbesar gambar dengan skala kurang dari 1:1000 (usahakan garis berada di tengah
'point') seperti gambar berikut
Dan jika gambar diperkecil maka akan seperti berikut:
6. Kemudian pilih‘Drawing’pada layar seperti berikut
Kemudian pilih ‘convert grapic
to feature’seperti gambar dibawah ini :
Kemudian akan ada jendela baru dan input dengan 'utmproject.shp'lalu klik OK, seperti berikut
7. Pilih
data management tools – generalization – dissolve lalu input 'utmproject.shp'
dengan output
‘subdasdissolve’, checklist ‘FID’
(untuk menghitung batas luas) lalu klik OK sehingga akan menghasilkan gambar seperti berikut :
Dan
akan menghasilkan gambar seperti berikut :
8. Lalu pilih analysist tools-extract-clip
pada arc Toolbox (untuk memotong
data .shp) dengan input ‘subdasdissolve’, input clip features dengan hasil dari ‘covert grapic to
feature’, dan output
dinamai ‘dashulu’ lalu klik OK seperti berikut
Hapus tanda kotak (rectangle) dan akan menghasilkan gambar berikut
9. Kemudian pilih analysis
tools-overlay-ersae pada
arc toolbox dengan input
‘subdasdisslove’, erase fetures‘dashulu’,
dan output
dinamai ‘dashilir’ lalu klik OK seperti berikut:
Dan
akan menghasilkan gambar berikut :
10. Lalu pilih analysis
tools-overlay-union dengan input ‘dashulu’dan‘dashilir’dan output
‘dashilir_union’ lalu klik
OK seperti berikut
Dan
akan menghasilkan gambar berikut
11. Selanjutnya menghitung luas DAS dengan cara klik kanan pada layer
‘dashilir_union’ lalu pilih ‘open attribute
table’ lalu pilih ‘options’ dan akan muncul jendela seperti berikut
Setelah pilih option akan muncul jendela baru dan kemudian klik ‘add field’
seperti berikut
Dan
akanmunculjendelabarulagiseperti
Isi
‘name’ dengan LUAS dan ‘Type’ diganti dengan ‘double’ setelah itu klik OK. Dan pada
‘attribute table’ akan muncul kolom LUAS seperti berikut :
Kemudian untuk menghitung luasnya klik kanan pada kolom ‘Luas’ lalu pilih ‘Calculate
Geometry’ laluakan pada jendela baru dan ubahlah ‘units’ dengan satuan ‘hectares [ha]’
seperti gambar berikut
Kemudian klik OK dan angka akan muncul pada kolom ‘Luas’ seperti berikut :
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Praktikum kali ini, praktikan
melakukan pengukuran morfometri Daerah Aliran Sungai Madiun menggunakan
perangkat lunak GIS. Pengukuran morfometri DAS yang dilakukan antara lain
menentukan titik tengah dari polygon pusat, membagi DAS menjadi hulu dan hilir,
meleburkan atau menghapus data polygon menjadi data perimeter, dan menghitung
luas DAS hulu dan DAS hilir. Langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan
titik tengah dari polygon pusat menggunakan fungsi “central feature” pada
fungsi ini metode yang digunakan adalah “Manhattan Distance”.
Manhattan Distance berfungsi untuk menghitung jarak antara jarak datar dan
sentroid. Manhattan distance juga mempunyai kemampuan untuk mendeteksi keadaan khusus
seperti keberadaan outliers (MacQueen 1967). Hasil
central feature dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 1.
Posisi Titik Berat
Dari hasil
central feature tersebut dapat terlihat bagian tengah dari sub DAS madiun
berupa polygon berwarna merah yang merupakan titik berat seimbang. Kemudian merubah hasil central feature yang polygon menjadi titik (point) menggunakan fungsi “
feature to point”.
Gambar 2.
Hasil Titik Berat dalam Bentuk Titik
Dari langkah
tersebut menghasilkan bagian tengah dari polygon berupa titik (point) berwarna
hitam yang merupakan batas antara bagian sub DAS huklu dan hilir.
Langkah
selanjutnya adalah membagi DAS menjadi bagian hulu dan hilir. Sebelum membagi
DAS menjadi bagian hulu dan hilir, terlebih dahulu dilakukan clip data yang
berfungsi sebagai garis pembagi untuk membedakan DAS hulu dan hilir. Kemudian
menghapus data polygon menjadi data perimeter menggunakan fungsi “dissolve”
pada fungsi ini, Dissolve field yang dipilih adalah “FID”. FID berfungsi untuk
menentukan batas luar dari polygon. Langkah ini akan menghasilkan data
perimeter yang dapat memberikan informasi mengenai keliling sub DAS. Kemudian
untuk memperoleh Sub DAS bagian hulu
maka digunakan fungsi “clip”, dan untuk memperoleh Sub DAS bagian hilir maka
digunakan fungsi “erase”.
Gambar 3. Pemberian
Reactangle pada Titik Berat DAS
Gambar 4.
DAS Hulu
Langkah
terakhir adalah menghitung luas DAS dari data union. Tools union berfungsi untuk mengabungkan dua buah
polygon (.shp) menjadi satu polygon. Berdasarkan analisis menggunakan perangkat
lunak GIS diketahui luas Sub DAS hulu adalah 0,15084 ha sedangkan Sub DAS hilir
adalah 0,15258 ha.
Gambar 5.
Penggabungan Informasi DAS Hulu dan DAS Hilir pada Tabel Atribut
SIMPULAN
Pengukuran morfometri suatu DAS
dapat dilakuakn dengan bantuan perangkat lunak GIS. Salah satu karakteristik
morfometri tersebut yaitu luas daerah hulu dan hilir suatu DAS. Informasi luas
daerah hulu dan hilir tersebut sangat diperlukan untuk monitoring dan
pengelolaah suatu DAS. Dengan menggunakan fungsi central feature pada software ArcGIS, maka
praktikan dapat dengan mudah menemukan titik berat suatu DAS dan membaginya ke
dalam daerah hulu dan hilir. Sedangkan dengan fungsi calculate geometry praktikan dapat mengetahui masing-masing luas
daerah hulu dan daerah hilir DAS. Berdasarkan hasil analisis menggunakan perangkat lunak GIS maka diketahui luas Sub DAS Madiun bagian hulu adalah
0,15084 ha sedangkan Sub DAS Madiun hilir adalah
0,15258 ha.
DAFTAR PUSTAKA
Asdak, C. 1995. Hidrologi dan
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta (ID). Gajah
Mada University Press.
Asdak, Chay. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai. Yogyakarta (ID). Gajah
Mada University Press.
Hartono. 2008. Analisis
Data Statistika dan Penelitian. Pustaka Pelajar (ID). Yogyakarta.
MacQueen.
1967. Some Methods for Classification and Analysis of Multivariate
Observations, Proceedings of 5-th Berkeley Symposium Mathematical Statistic and
Probably. Berkeley. University of
California Press, 1:281-297.
Priyono C.N.S dan Savitri, E. 1997. Hubungan
antara Morfometri dengan Karakteristik Hidrologi suatu Daerah Aliran Sungai
(DAS): Studi kasus Sub DAS Wader.Jakarta (ID). Buletin Pengelolaan DAS
Vol.III.No.2
Seyhan,
Ersin. 1990. Dasar-Dasar Hidrologi.
Yogyakarta (ID). Gajah
Mada University Press.
0 komentar: